Tuesday, April 8, 2014

Proses demokrasi

Setelah sekian lama halaman ini terbengkalai (lagi), akhirnya timbul juga keinginan untuk kembali beropini, mengisi paragraf-paragraf pendek apa yang ingin saya sampaikan, yang mungkin suatu saat nanti akan saya rindukan. Mengakhiri sepertiga hari ini dengan topik yang akan memenuhi media dari kemarin, hingga beberapa hari ke depan. Tentang pesta akbar yang baru saja terjadi, yang akhirnya mau tak mau mendorong saya untuk menulis ini. Pesta demokrasi, pemilihan umum calon legislatif, memilih wakil rakyat. Katanya!

Saya berani bertaruh, kebanyakan dari rakyat belum puas dengan pemilu ini, masih jauh dari ekspektasi mereka. Bukan maksud saya tidak menghargai demokrasi, hanya saja masih banyak “borok” yang ada pada pelaksanaan demokrasi di negeri ini, termasuk dalam penyelenggaraan pemilu besok. Yang saya soroti sebagian disini hanyalah hal-hal yang nampak dari luar, dari kacamata masyarakat umum, bukan politisi maupun simpatisan partai ataupun penyelenggara pemilu.

Memang secara global sudah lebih baik dari pemilu-pemilu terdahulu, setelah masa reformasi dimulai. Arogansi para simpatisan dalam masa kampanye sudah tidak begitu terasa, pelanggaran-pelanggaran yang tampak sudah lebih baik dari pemilu lima tahun lalu, sepuluh tahun lalu, maupun lima belas tahun yang lalu. Pencopotan atribut partai dan caleg setelah masa kampanye sudah lebih baik, meski kampanye-kampanye terselubung gaya baru makin marak terjadi. Money politic masih saja marak, hanya tak seterbuka periode-periode sebelumnya. Pengawasan dari bawaslu juga sudah lebih baik saya rasa.

Saya akan melakukan evaluasi beberapa hal yang menarik untuk dibahas, berdasarkan pengamatan saya sebagai orang awam tentunya. Tentu saja berdasarkan pengamatan saya terhadap lingkungan sekitar, maupun artikel-artikel maupun tulisan yang saya baca di media. Dan berikut adalah hasil pengamatan saya:

Deskripsi Singkat
Pemilihan umum (pemilu) 2014 ini merupakan pemilu yang ke-11 sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri. Setelah dua kali pemilu pada masa orde baru ( 1955, 1971), lima kali pada masa orde baru ( 1977, 1982, 1987, 1992, 1997), dan empat kali pada era reformasi ( 1999, 2004, 2009, 2014). Pemilu sekarang melalui dua tahap pemilihan, yaitu pemilihan calon legislatif ( DPR, DPRD I, DPRD II, DPD) pada 9 April 2014, dan pemilihan presiden secara langsung pada 9 Juli 2014. Pemilu dengan sistem terbuka sejak 2004, dengan memilih calon anggota legislatif secara langsung, dan juga memilih presiden secara langsung. Pemilu kali ini diikuti oleh 11 partai politik, yang secara umum terbagi menjadi partai dengan ideologi demokrasi/nasionalis dan partai islam.

Kampanye
Kampanye terbuka bagi parpol dan caleg peserta pemilu 2014 dimulai dari 16 Maret hingga 5 April 2014. Kampanye terbuka menggunakan berbagai media yang ada seperti pemilu- pemilu terdahulu ( poster, sticker, spanduk, baliho, iklan, dll) baik secara langsung, maupun melalui berbagai media ( cetak, elektronik).
Yang menarik pada poin ini adalah penggunaan media internet yang meningkat dari tahun-tahun kemarin, khususnya penggunaan jejaring sosial untuk menyasar pada pemilih-pemilih muda maupun pemilih yang akrab dengan teknologi khususnya jejaring sosial tersebut. Ada pula beberapa media yang berhubungan dengan partai maupun petinggi partai, paling tidak ada enam stasiun televisi nasional yang dimiliki oleh ketua/petinggi partai yang terus mencoba “brainwashing” masyarakat untuk memilih partainya atau mendukung calon presiden yang diajukan partainya, porsi mengkampanyekan partainya juga cenderung lebih besar daripada partai-partai lainnya. Belum lagi beberapa portal berita online yang cenderung berpihak pada partai-partai tertentu. Perlu dibuat aturan yang jelas dan rinci untuk bagian kampanye menggunakan media-media yang relatif baru tersebut untuk meninimalisir terjadinya pelanggaran.
Kampanye secara tradisional dengan mengadakan pertemuan antara kader-kader dan simpatisan partai sudah lebih tertib daripada periode-periode pemilu sebelumnya. Pertuntukan musik masih menjadi magnet para kader-kader dan simpatisan partai untuk mengikuti kampanye penyampaian visi misi tersebut. Musik dangdut dan musik populer masih menarik perhatian pengunjung untuk datang menghadiri acara partai tersebut. Disini saya lihat sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti saya sampaikan diatas bahwa arogansi para simpatisan dalam berkampanye sudah jauh berkurang, begitupun “bagi-bagi uang” kampanye, meskipun masih ada pelanggaran-pelanggaran yang terekspos, tapi jumlahnya relatif sedikit.
Perbaikan juga saya lihat pada pencopotan atribut-atribut kampanye di ruang publik. Setelah masa kampanye terbuka berakhir pada 5 April, saya tidak begitu banyak menemui atribut-atribut yang masih terpasang, hanya ada sebagian kecil, berbeda dari tahun- tahun sebelumnya.

Calon Legislatif
Calon-calon legislatif yang baru saja dipilih hari ini memperebutkan kursi DPR, DPRD I, DPRD II, dan DPD. Yang menarik, sekarang calon legislatif perempuan mempunyai porsi minimal 30% pada daftar calon legislatif tiap partai, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dan untuk memenuhi kuota tersebut tak jarang partai-partai (ada beberapa) menggandeng nama selebritas untuk memenuhi kuota tersebut, tentu bukan hal yang salah jika memang calon yang diajukan tersebut kompeten, dan tidak hanya digunakan untuk memenuhi kuota dan mendongkrak suara partai.
Khusus untuk anggota DPR, ada sekitar 90% anggota DPR yang mencalonkan diri kembali menjadi calon legislatif. Padahal kita tahu bahwa rapor anggota DPR saat ini jauh dari kata memuaskan, bahkan saya rasa belum cukup. Ada sekitar 115 anggota DPR yang terkait dengan kasus suap/korupsi dan beberapa diantaranya sudah berstatus tersangka. Hal ini tentu akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap calon anggota dewan tersebut, tak heran jika angka golput juga masih tinggi.
Selain caleg-caleg yang berasal dari kalangan selebritas, beberapa hari belakangan (sebelum pemilu dilaksanakan tentunya) juga ramai diberitakan caleg-caleg yang berasal dari kaum papa, golongan bawah. Sudah biasa tentunya bahwa caleg-caleg akan berlaku seperti malaikat agar bisa terpilih, dan setelah terpilih akan beda cerita. Memilih caleg dari golongan bawah juga tidak tanpa resiko, ada beberapa contoh yang saya dengar langsung dari sumbernya, bahwa caleg dari kaum papa ini rentan dengan dunia baru yang akan dijalaninya pasca dia terpilih jadi anggota legislatif. Stars shock syndrome kalau saya tidak salah. Dan tentunya dengan banyak partai serta calon legislatif dari partai membingungkan bagi pemilih untuk memilih wakil rakyat yang benar-benar kompeten.

Sosialisasi
Sosialisasi pelaksanaan pemilu saya rasa masih kurang, masih banyak yang masih bingung di tempat pemungutan suara. Dan untuk masyarakat tradisional, kadang dengan sosialisasi pemilu di media yang sering mereka konsumsi seperti televisi, masih belum cukup untuk menambah pengetahuan mereka melalui pemilu. Apalagi sekarang beberapa televisi juga mempunyai kepentingan politik tersendiri.

Kesimpulan
Sebenarnya masih banyak hal yang bisa disoroti dalam pelaksanaan pemilu legislatif hari ini, daripada apa yang saya kemukakan diatas. Overall, pelaksanaan pemilu sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, hanya perlu perubahan-perubahan minor serta pengawasan yang lebih ketat, dan tindakan tegas untuk setiap pelangggaran yang dilakukan. Khususnya, praktek “money politic” yang masih marak dilakukan, baik secara langsung, maupun disamarkan dengan sumbangan-sumbangan. Saya masih percaya demokrasi akan berjalan ke arah yang lebih baik, kita sebagai masyarakat perlu mengawasi dan bertindak sesuai kapasitas kita agar itu berjalan sebagaimana mestinya. Jadilah pemilih yang aktif dan cerdas, golput bukan pilihan, tirani tak bisa lagi diterima di negeri ini.

Saya akan melakukan apapun agar orde baru gaya baru tak lagi terulang, bahasan selanjutnya akan menarik jika tentang calon-calon presiden.

Monday, January 27, 2014

Romantisme masa lalu

Apa yang kalian harapkan dari masa lalu? Biar aku tebak, mengulangi masa2 indah dan membuang yang buruk. Seberapa yakin kalian yang buruk takkan terulang? Kalian akan jawab, akan ada beberapa kesempatan, kedua, ketiga, seterusnya sebelum benar-benar tak ada kesempatan lagi. Kebanyakan dari kalian terlalu "Indonesia" (baca: terlalu mudah melupakan dan memaafkan), Tipikal sebagian besar orang indonesia.

Tak ada salahnya memang memaafkan. Hanya saja sampai kapan kalian akan terjebak dengan "romantisme masa lalu"? Seperti ketika banyak dari kalian yang merindukan orde baru di era demokrasi ini. Seberapa yakin kalian bahwa keburukan-keburukan orde baru tak akan terulang? Kebanyakan kalian hanya melihat yang manis, yang tampak, tanpa mencari tahu kemungkinan-kemungkinan lain.

Nampaknya pikiran saya akan tetap sama seperti itu, kebanyakan akan sama berulang seperti contoh orde baru diatas. Mungkin kalian berpikiran lain, berpikiran bahwa masih ada kesempatan. Tapi tidak bagiku, aku lebih percaya akan kemungkinan masa depan daripada romantisme masa lalu.

Akan ada hal-hal yang tak bisa diubah, kalian yang merindukan romantisme masa lalu akan menyadari hal ini kelak jika masa lalu yang kalian harapkan berulang. Aku akan keras kepala dengan ini, aku melihat lurus kedepan. Masa lalu itu ibarat kaca spion, kita hanya melihat sesekali untuk memastikan jalan kita ke depan lancar.

Aku tak kalah, aku tak berdamai dengan keadaan. Kembali berdiri, menantang kepiluan!

Friday, December 27, 2013

Hadap Nyata

Bahkan Tuhan terlalu baik
Dia bangunkanku dari mimpi indah yang tlah kukira fakta
Tentang tanda tanya besar yang tak kutahu jawabnya
Aku tertunduk lesu di pojokan tanpa jawaban

Aku terlalu cepat berharap
Terlalu tinggi melayang dan kini hancur berserak
Kembali berdiri menantang kepiluan
Mengenali lagi perih yang hampir kulupa

Thursday, December 12, 2013

kita sedang menjadi bagian dan harapan

Semua kebetulan ini terasa berencana
semua diam kinipun mulai ikut bersuara
misteri hari ini esok kan berakhir apa?
aku-kau beda akankah menjadi kita?

tiap hari detik berganti kunanti
rindu ini takkan mati meski terobati
lupa dunia senyum itu meruntuhkan semua
berharap ada setiap pagi menyapa dunia

menunggu waktu dan keadaan lebih bersahabat
mungkin juga persepsi yang melenceng dari fakta
terlihat baik masih mungkin menjadi jahat
biarkan waktu yang memainkan perannya

kenali lebih, minimalkan perih
ekspektasi tak selalu nyata, hadapi resikonya
jika engkau bisa, aku akan lebih berusaha
aku memilih takkan berhenti karena letih

Coba, mungkin Tuhan punya rencana
jika memang bukan, setidaknya sudah diusahakan
berhasil atau gagal, tak akan meninggalkan sesal
kita bagian, tidak terlupakan

Rinduku Berharap

Malampun jatuh, jatuh padamu merindu
Sesunyi malam ini bersama bintang yang tak begitu banyak
Aku seperti luka menemukan penawar
disitu kutemukan perih yang mulai bersahabat

meski bayangan semu ada di depanku
walau nyata, ternyata jauh terpisah wacana
terbentang luas, semua penuh memuja seluruh
malam ini segalanya, kau ada di dalamnya

aku tak tahu mana yang lebih dominan
antara sayang dan bayangan kesalahan
yang aku tahu harap selalu muncul bersama pagi
bersama mentari, sinar hangat dan senyum sapa itu

Tuesday, October 8, 2013

Solusi? Lihat nanti

Matahari terlalu pagi mengkhianati. Udara dingin segar yang mulai pergi menjauh berganti hangat sinar mentari yang akan semakin memanas. Apapun yang ada, aku akan selalu bersyukur, aku mencintai alam ciptaaan Tuhan ini, aku hanya perlu menyesuaikan.

Mungkin masih akan selalu ada di angan, keinginan untuk pergi bertualang ke alam liar, menyendiri di alam sepi, mencari pemikiran-pemikiran baru yang mungkin lahir di sana. Semoga, akan segera terealisasi. Segera, sesegera mungkin.

Aku selalu menginginkan ini dari jauh-jauh hari sebelumnya. Keinginan yang berjarak setipis sarana-sarana pendukung yang belum ada. Sarana pendukung yang aku butuhkan beberapa hari untuk bertahan di alam bebas. Sarana untuk terus berhubungan dengan dunia luar yang akan teramat sulit untuk ditinggalkan.

Dalam diam selalu ada pemikiran-pemikiran baru, dan diam dalam kesunyian melahirkan lebih banyak pemikiran-pemikiran baru, setidaknya itu yang aku yakini. Selalu ada ide-ide baru yang ada di kepala, meski kadang tidak mudah untuk menuangkannya kedalam catatan maupun ucapan. Seolah-olah tersangkut begitu saja tanpa bisa keluar, terucap maupun tertulis.

Apa yang ingin aku raih di sisa tahun ini mungkin akan sulit dicapai jika kendala diatas masih tak bisa kuatasi, stagnan. Semoga aku segera mampu mengatasi dan kembali produktif.

Matahari semakin meninggi, catatan pendek hari ini aku akhiri. Mungkin nanti ketika aku kembali akan ada progress mengikuti, atau masalah yang belum menemukan solusi. We'll see!

Thursday, August 15, 2013

Abstrak citra "biasa"

Jika untukmu, aku bukan?
biar rasa ini, membusuk perlahan.
segala ungkapan, tunggu ungkapkan!
Segala untukmu, tak tertahan.

Ketika aku pungguk, kau rembulan di genggaman.
ketika aku tunduk, kau serupa sanjung pujian.
Rasa terkutuk, kau mantra pembebasan.
Disaat terburuk, kau berita kegembiraan.

Siang-malam, kumimpi,kunanti.
gelap kelam, hingga mentari menyinari.
api padam, sinar  itu tak mati.
Aku hitam, kau ornamen menghiasi.

Terlalu berlebih, aku memuji.
terlampau letih, tiap kata tak kupungkiri.
bukan sedih, semua hanya persepsi.
luka ini perih, berharap terobati.

Tak ada kalimat kata, "kau terlalu sempurna."
kau adalah biasa, dengan sedikit pembeda.
ini nyata, "biasa" mu membuatku menggila.
Ini bukan cinta, hanya wujud abstraknya citra.

Saturday, June 29, 2013

Demokrasi Untuk Partai Penguasa.

Masih belum terpikirkan untuk tema posting hari ini, memilih tema yang tepat. Hingga saat jam makan siang, mencermati berita di televisi. Muncul keinginan untuk mengomentari beberapa headline berita, mulai dari koalisi pemerintahan yang disharmonis, pernyataan ketua partai berkuasa sekaligus ketua dewan pembina serta kepala negara sekaligus kepala pemerintahan negeri ini mengenai perpecahan koalisi partai tersebut, 250 dinamit yang hilang, carut-marut BLSM dan pengembalian dana BLSM dari orang-orang mampu yang mendapat jatah, seorang ayah yang berniat menjual ginjalnya untuk menebus ijazah anaknya yang tertahan, kasus pornografi briptu Rani yang tidak jelas, hingga anggota keluarga partai penguasa yang diangkat menjadi dewan pembina.

Nampaknya saya lebih tertarik membahas partai yang berkuasa di pemerintahan kini, banyak yang bisa disoroti disini. Partai yang sukses mengantarkan ketua umumnya menjadi presiden selama satu dekade ini, dua periode. Pertama mengenai efek kenaikan harga BBM beberapa hari belakangan yang menimbulkan perpecahan dalam koalisi pemerintahan. Ketegasan yang lagi-lagi setengah hati untuk memutuskan tindakan, hal biasa yang sering tampak pada sosok yang satu ini. Sebenarnya adakah kontrak politik dalam koalisi ini? Saya kurang mengetahuinya. Tapi menurut saya tidak penting setuju atau tidak setuju anggota koalisi menentukan pendapat tentang kenaikan BBM tersebut, toh akhirnya presiden juga yang akan menentukan kenaikan tersebut. Entah memang untuk mengurangi subsidi BBM atau ada maksud lain dari kebijakan atau malahan bisa disebut "ketidakbijakan" ini, seperti yang sudah-sudah mungkin pencitraan yang coba dilakukan menjelang pemilu 2014. Penyaluran BLSM pun nampaknya banyak yang salah sasaran, di berbagai media juga diberitakan orang-orang miskin yang tak mendapat bantuan, sedangkan ada pula warga yang merasa mampu mendapatkan dana bantuan tersebut, meskipun kadang media-media tertentu juga menuai keuntungan dengan memberitakan hal ini, media-media tersebut juga memiliki kepentingan politis. Namun saya rasa pembagian dana bantuan tersebut memang rancu, bagaimana mungkin jumlah penerima bantuan yang jumlahnya hampir 200 ribu selesai diproses dalam hitungan pekan? Lelucon yang menggelikan! Dan nampaknya untuk urusan koalisi, presiden harusnya bertindak, bahkan partai bersangkutan juga siap menerima apapun keputusannya. Presiden tidak perlu menuding partai tersebut tak berakhlak ataupun "penghakiman" lain, cukup siapkan tindakan!

Jangan salahkan masyarakat jika hasil survei menunjukkan elektabilitas partai turun, masyarakat yang buta politik sekalipun mulai paham, bisa menilai keadaan sekarang. Bagaimana mungkin partai yang petinggi-petingginya terseret korupsi akan dipilih? Bagaimana mungkin partai yang kinerjanya jauh dari memuaskan akan memenangkan pemilu lagi? Bagaimana partai yang terlalu bergantung pada seseorang yang sudah tidak punya hak untuk dipilih lagi menemukan sosok lain? Bagaimana partai yang ketua umumnya terlibat kasus korupsi besar akan dipercaya lagi oleh masyarakat? Mungkin hanya keajaiban yang mampu mewujudkan mimpi kemarin partai tersebut, dengan kadar yang sangat besar tentunya.

Dan yang terbaru, partai menggandeng ipar dari ketua umum yang merangkap dengan dewan pembina untuk duduk bersanding dengannya sebagai dewan pembina. Jelas ada konspirasi disini, anak ketua umum juga sudah menjabat sekjen. Partai apa ini? Partai keluarga?..... Jika masih ingin paling tidak bersaing dengan partai-partai lain nampaknya partai ini harus membenahi segala kebobrokan itu, dan sekali lagi, butuh keajaiban. Dan saya rasa bukan tahun depan.

Hujan deras menutup posting hari ini. Nampaknya harus bersahabat dengannya. Selamat berakhir pekan, Tuhan beserta kita semua! :-)

Friday, June 28, 2013

Media, Televisi dan Pembentuk Persepsi

Pagi terlalu dini, apakah efek secangkir dan segelas kopi? Capek, sudah pasti. Dan tulisan ini menantiku tiap hari untuk diisi. Mungkin selama memungkinkan, tak apa selagi kubisa lakukan, tiap waktu untukmu curahan, goresan, atau lebih tepatnya ketikan.

Mari berbicara tentang sumber informasi yang kita konsumsi setiap hari, mau ataupun tidak, yang kita inginkan atau bukan: media. Di negara kita tercinta ini, media sebatas bisnis yang menguntungkan. Yang akan memberikan keuntungan kepada penguasa, korporat pemegang kepentingan, dan kelangsungan bisnis media tersebut. Media sekarang lebih mirip dengan ilusi, ilusi yang ingin ditampilkan kepada khalayak layaknya ilusionis yang menampilkan apa yang ingin ia tampilkan kepada penontonnya. Media adalah pesulap, ilusionis, pemegang kepentingan, sarana politik. Media saat ini nampaknya lebih dalam taraf menghibur, daripada menginformasikan. Seperti apa yang Mumia gambarkan dalam All Things Censored, nampaknya di Indonesia juga begitu adanya. Media lebih menampilkan hiburan, memforsir pada apa yang sedang digemari masyarakat, kebanyakan. Selain itu media sarat akan muatan politis, membentuk opini publik mengenai tokoh, partai, pergerakan, atau mungkin kepentingan korporasi. Bukan hal yang langka lagi, hampir semua jaringan media besar berkaitan dengan politik, mulai dari ketua partai, anggota dewan tinggi partai dan kader-kader partai. Yang akhirnya media yang dimilikinya dijadikan semacam sarana promosi murah, atau mungkin gratis, mereka yang tau. Dan ketika kepentingan itu terus berlanjut untuk menggalang masa, tak heran rasanya saat tiap ada peringatan tertentu ada ucapan selamat dari petinggi partai, ataupun ketua partai yang mengatasnamakan partai ataupun anak organisasi partainya tersebut.

Media yang paling sering digunakan adalah televisi, media informasi dan hiburan yang hampir dapat diakses setiap keluarga Indonesia, berbagai kalangan, miskin hingga kaya, muda sampai tua. Meski nyatanya lebih banyak televisi yang menghibur, daripada menginformasikan, bahkan kanal berita sekalipun. Jika mereka cenderung kritis, ada kepentingan dibelakangnya, ada maksud lain dibalik kritik mereka kepada sistem maupun pemerintah: memperkenalkan partai mereka, sistem mereka, tokoh mereka, yang mereka klaim lebih baik, terang-terangan maupun terselubung. Dan gelontoran gosip-gosip tak penting, berita yang cenderung diseragamkan, mencari berita yang sedang digemari, pencitraan tokoh, hingga sinetron stripping yang mengeruk keuntungan semata, dengan jalan cerita yang berbelit, ruwet. Dan nampaknya televisi telah menyiapkan pasar sendiri, pasar yang nantinya menimbulkan permintaan yang akan mereka suplai hingga mereka menemukan celah untuk menciptakan pasar yang lain lagi. Televisi tak lagi independen, tak lagi memenuhi banyak keinginan, televisi yang mengikuti pasar yang mereka bentuk sendiri, mengulang-ulang hingga kita dipaksa untuk hafal, semua untuk pasar mayoritas, minoritas hanya sebagian kecil, porsi yang tidak membuat kenyang. Televisi yang melayani umum, sangat umum, sehingga segmen yang berbeda jarang tersentuh. Televisi yang mainstream.

Media lain juga ikut andil, tapi saya rasa lebih tersegmen, terkotak-kotak, tidak umum seperti televisi. Dan media selain televisi itu lebih menekankan pada segmen-segmen yang jadi sasarannya, karena pembagiannya lebih jelas. Independensi disini cenderung lebih kuat, namun pada akhirnya tetap berbatas pada laba, kepentingan pemilik modal, pemerintah, keamanan san keuntungan. Hanya segelintir media yang benar-benar independen hingga pernah diberangus sekian lama di masa lalu.

Jangan terlalu percaya pada media, mereka sarat kepentingan. Dan hanya beberapa yang menyajikan dengan apa adanya, kritis. Hak kita masing-masing untuk percaya ataupun tidak. Dan lagi, disini pengetahuan ikut ambil bagian.

Terlalu pagi memulai, dan diakhiri saat hampir berganti.

Thursday, June 27, 2013

Rindu Terbelenggu?

Masih tidak habis pikir dengan semakin banyaknya orang dan stiker-stiker tertempel di kendaraan, serta joke-joke dan gambar-gambar yang entah menyindir maupun merindukan saat-saat tirani masih berkuasa di negeri ini. Miris rasanya melihat kenyataan yang begitu getir, begitu tidak percayanya masyarakat kini dengan demokrasi dan pemerintahan yang berkuasa, Hingga saat-saat yang sebenarnya sangat pahit mereka kembali angankan. Coba kaji ulang, pikir kembali, telusuri dengan seksama fakta-fakta saat rezim tersebut berkuasa, dan saya yakin anda akan mengorbankan apapun untuk menghindari situasi seperti itu, jika anda mengerti, jika anda peduli.

Berbagai perbandingan konyol kadang dibuat untuk mendewakan rezim tersebut, mulai dari harga bahan bakar, korupsi, keamanan, stabilitas, keadaan ekonomi, bla bla bla..... Terlalu timpang jika harus membandingkan saat-saat orde baru berkuasa dengan sekarang, bukan untuk membenarkan tindakan-tindakan penguasa sekarang, tapi paling tidak secara garis besar beda sekarang dan masa itu, keadaan secara umum.

Banyak yang bilang korupsi sekarang merajalela, tidak dipungkiri memang benar adanya, sudah menjadi semacam kebiasaan dan membudaya. Dan jika ada yang berpendapat di masa orde baru korupsi tidak tumbuh subur, pikirkan lagi! Pada masa itu korupsi hanya melibatkan orang-orang berkuasa beserta keluarga, kerabat dan kroni-kroninya. Dan kejahatan penguasa pada masa itu hampir sama sekali tak tersentuh oleh media, pengawasan media dilakukan sangat ketat. Jika ada media yang terlalu kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, menyinggung maupun memberitakan yang mereka pikir merugikan mereka, maka ada tindakan tegas untuk membatasi atau bahkan menghentikan kegiatan mereka. Salah satu contoh nyata: pembredelan majalah Tempo hingga hampir dua dekade. Media sangat penting untuk membentuk opini publik, dan inilah yang coba dikendalikan oleh rezim tersebut, membentuk opini baik pada masyarakat. Meminjam kalimat Mumia Abu-Jamal, "Negara lebih senang memberiku uzi daripada mikrofon."

Dan yang masih hangat, beberapa hari yang lalu terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, yang lagi-lagi ada saja yang membandingkan dengan rezim orde baru. Lebih konyolnya membandingkan harga, apa anda bercanda? Sudah hampir dua dekade sejak orde baru, dan anda berharap harga masih tidak berbeda jauh? Kemana inflasi? Kemana pertumbuhan ekonomi? Ditambah lagi krisis ekonomi yang hebat tahun 1998 yang memnyebabkan hiperinflasi, dan krisis tahun 2009 meskipun tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap negeri ini. Meskipun saya kurang setuju dengan beberapa langkah perubahan harga BBM yang cenderung sarat muatan politis, namun hal itu memang perlu, meskipun pengalihan subsidi dalam bentuk BLSM kurang tepat saya rasa, hanya untuk meredam amarah masyarakat miskin. Dan jika memang harga bensin masih semurah itu, saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib transportasi di negeri ini, bagaimana nasib lingkungan negeri ini. Saya kira sudah saatnya.

Merindukan rezim orde baru, apa kalian siap kembali terbelenggu? Kembali dikekang, diberangus, disensor, dicabut kemerdekaannya. Mungkin jika ini yang masih anda harapkan, sudah siapkah anda dibungkam? Sudah siapkah anda dilenyapkan ketika mengganggu apa yang mereka sebut "stabilitas"? Sudah siapkah anda dibatasi dalam berserikat, berkumpul dan menyalurkan suara? Sudah siapkah anda dibatasi pengetahuannya sebatas apa yang mereka ijinkan anda untuk ketahui? Sudah siapkah hak-hak asasi anda dihilangkan? Kemana rasa hormat anda untuk para aktivis 98, Munir, dan pahlawan-pahlawan terlupakan yang memperjuangkannya? Sia-sia jika anda masih mengharapkan orde baru, langkah mundur!

Jika berbicara tentang pemerintahan yang sekarang saya juga tidak bisa dibilang puas, namun jika mengharapkan orde baru yang baru saya sama sekali tidak terbesit sedikit kemungkinan pun. Paling tidak kita hidup di dunia demokrasi, bukan tirani seperti dulu lagi. Selama masih ada kemerdekaan berpendapat, selama para wakil rakyat mau mendengarkan pendapat-pendapat yang diwakilinya, selama kita bisa berkreasi, berekspresi seauka hati kita, selama kebebasan kita terjamin. Tak ada yang lebih baik lagi, apalagi tirani. Jangan pernah rindu terbelenggu, terbanglah bebas lihat dunia yang begitu luas.

Wednesday, June 26, 2013

Baca, Pahami, Rasakan

Nampaknya harus mulai lagi memperbanyak bacaan, memperkaya referensi, perluas pengetahuan, dan ujungnya menulis lagi. Setelah beberapa hari kembali menulis, walaupun hanya dengan tulisan-tulisan pendek, cukuplah untuk sedikit demi sedikit mengasah kemampuan menulis. Dengan kemampuan seadanya, pikiran seadanya, dan pengetahuan sebatas yang diingat. Jadilah artikel seadanya, harian jika kelak masih memungkinkan, bahasan seadanya, sesuai yang ingin dibahas. Sebenarnya terlalu banyak yang ingin disampaikan, terlalu banyak, sehingga terlalu banyak tema, tak mungkin dituangkan dalam tema tunggal. Dan nampaknya saya lemah terhadap detil-detil, dan terlalu enggan mencari referensi pendukung.

Beberapa buku yang sudah selesai saya konsumsi masih terhitung jumlahnya, sedikit. Terlebih tak banyak buku-buku yang saya minati dan tersedia di perpustakaan kota maupun toko buku, butuh lebih dari mencari dan menemukan, cenderung lebih memakan waktu. Pada dasarnya saya lebih tertarik kepada buku yang jujur, bercerita sesuai setting lokasi pada cerita tersebut, atau essay-essay tentang perlawanan, tentang pandangan penulis dengan keadaan yang terjadi di sekitarnya, dan mungkin pengalaman nyata, baik tokoh besar maupun cerita-cerita besar di dalamnya. Meski beberapa bulan belakangan saya cenderung tertarik pada gerakan kulit hitam pada masa-masa apartheid masih berlaku secara terang-terangan. Buku-buku dengan latar belakang perlawanan karena diskriminasi ras lain terhadap kaumnya, yang mungkin sebagian telah difilmkan, bentuk audio visualisasi dari buku. Layaknya Malcolm dengan segala perjuangannya mensetarakan hak sosial dan persamaan di mata hukum, bahkan negara-pun cenderung rasis, hampir sama juga dengan Ali, meski akhirnya terjadi beda pendapat antara keduanya, perjuangan Abu-Jamal dari blok terpidana mati di penjara negara bagian Pensylvania beserta kejanggalan kasus pembunuhan yang membelitnya, Huey dengan Black Panther Partynya, John Africa dengan MOVE, dan masih banyak yang lain yang mungkin akan saya ketahui, kelak.

Dan buku-buku dan novel-novel yang sempat saya baca, mulai dari saduran Sang Penyair yang pertama kali saya baca sampai habis untuk pertama kali, beberapa seri awal Harry Potter, Count of Monte Cristo, Believe yang saya baca karena tak ada pilihan, Bumi Manusia dan kelanjutannya yang belum sempat saya temukan dan saya baca, Setelah Revolusi Tak Ada lagi, dan Tuhan Maha Tahu Tapi Dia Menunggu yang sudah dipinjam dan belum sempat dibaca, dan Catatan Pinggir yang belum juga saya dapatkan. Buku-buku lain Foucault, Habermas, Benjamin, Tolstoy, Hitler, Nietzche, GM, Pram, Sindhunata, dan serangkaian penulis-penulis lain yang mungkin tak saya ingat tanpa dengan bantuan.

Cukup sekian hari ini, masih ada kewajiban dan keterbatasan, keterbatasan waktu, keterbatasan rangkaian kata-kata. Selamat malam, masih ada "Memberangus Keadilan" menunggu untuk habis dikonsumsi.

Tuesday, June 25, 2013

Ringkasan Pagi

Good morning folks! Hari ini mengawali tulisan dengan sinar cerah mentari pagi, dengan dingin udara Wonosobo yang masih terasa menembus pakaian, dan berkendara yang membuat semakin dingin. Tulisan ini dimulai di pagi ini dalam suasana menunggu, menunggu memenuhi kewajiban.

Apa yang kita harapkan atau kita inginkan saat kita bangun di pagi hari? Bangkit dari mimpi, mengejar mimpi, berharap libur sejenak dari aktivitas, ataukah menikmati pagi bersama mentari yang muncul beserta udara dingin segarnya. Saya cukup yakin, pagi akan sama saja, untuk sekarang dan beberapa waktu ke depan. Akan sama, tetesan embun dari rumput dan daun-daun, akan sama hangat mentari pagi mengawali, akan sama dimana orang-orang mengawali aktivitas sebelum memulai rutinitas, akan sama ketika pagi adalah akhir dari istirahat dan tidur malam bagi sebagian besar orang. Pagi yang sama ketika orang-orang kembali menyusun kekuatan untuk menghadapi hari, menunaikan kewajiban, mengejar cita-cita.

Pagi yang selalu mengawali dengan kicauan burung-burungnya, hangat sinar mentari pagi, harapan yang terlahir kembali, dan deru mesin yang mulai beroperasi. Pagi yang tak sama di tempat berbeda, tak sama instrumen penyusun, bahkan waktu. Pagi yang begitu damai di desa seperti ini, yang tak ternilai, yang akan selalu menenangkan. Pagi yang selalu membuat terbangun bersama peluk hangat sinar mentari, bersama kicau burung, bersama udara pagi, bersama mimpi-mimpi yang tersusun lagi.

Pagi yang membuat kita selalu bersyukur, membuat kita sejenak lupa apa yang akan kita lakukan nanti. Pagi yang kita nanti, mungkin juga dibenci. Pagi yang akan selalu datang menyapa walaupun kita ingin atau tidak sama sekali. Pagi yang kadang masih menyisakan penyesalan atas ketidakmampuan kita kemarin dan hari-hari yang lalu. Pagi yang selalu berencana, menghimpun kekuatan, rencana dan harapan untuk hari ini dan esok yang lebih baik lagi. Pagi dimana kita terbangun dengan senyuman, dengan segala kepolosan dan tanpa kepura-puraan. Pagi dimana kita mensyukuri keadaan kini dan berharap bertemu lagi esok hari.

Selamat pagi, sekarang dan pagi-pagi berikut!

Monday, June 24, 2013

Mimpi, Cita-cita, Kejar!

Impian dan cita-cita terus tumbuh dan berubah sejak kita menggunakan imajinasi dan akal pikiran kita. Meski kadang tak masuk akal, dan kurang dapat diterima akal sehat. Meski kadang tak mungkin, namun adanya ungkapan "gapailah cita-cita setinggi langit" nampaknya menjadi semacam pembenaran atas hal ini. Terlepas dari mungkin atau tidaknya hal ini, yang jelas hal ini menjadi pendorong yang krusial bagi anak-anak sebagai motivasi agar mereka berusaha meraih apa yang mereka inginkan kelak. Dan nampaknya cita-cita tersebut harus pula bertemu ataupun mendapatkan campur tangan orang yang tepat agar bisa tercapai.

Seberapa sering kita menengok ke belakang tentang apa yang pernah kita "inginkan untuk menjadi". Dan setelah berlalunya waktu mungkin pula akan berubah, berkaca kepada sekitar, berkaca kepada kemampuan, berkaca pada kebutuhan. Dan tak ada namanya benar-benar otonom dalam mencapai cita-cita. Dan kita tak bisa begitu saja mengabaikan faktor-faktor lain yang juga potensial, sanggup pun. Realita tak selalu berjalan seiring, dan mau tak mau kita melupakan mimpi kita, melupakan cita-cita kita, dan mengikuti arus, kebutuhan. Mungkin pada awalnya kita ingin menjadi astronot, atau mungkin dokter, pilot, pramugari, model, penyanyi, atlet, atau apapun yang pernah kita bayangkan untuk menjadi, namun acapkali kesempatan tak datang, tak ada dukungan, atau mungkin menilik kepada opsi lain yang nampaknya lebih masuk akal dan lebih menjanjikan.

Hingga suatu fase dimana kita memasuki usia dewasa, tekanan akan semakin memberatkan, mengalahkan pemikiran awal kita terhadap keadaan. Dan yang lebih melemahkan adalah kita sadar dengan keadaan, realistis dan hampir atau bahkan benar-benar menyerah. Dan lama-lama apa yang kita inginkan tersebut terdegradasi oleh (lagi-lagi) "kebutuhan". Terkecuali jika kita benar-benar terlahir dengan harta melimpah, mungkin bisa lebih mudah menggapai cita-cita itu. Dan tentunya bantuan materi juga.

Dan pertanyaannya, siapkah kita berjuang untuk cita-cita kita tersebut? Siapkah kita membagi atau meninggalkan zona aman kita? Siapkah kita meninggalkan, baik secara temporer maupun permanen apa kita yang sekarang? Siapkah kita mengejar mimpi kita yang belum tentu nyata? Dan semuanya kembali ke pribadi masing-masing. Apakah keadaan sekarang yang benar-benar diinginkan ataukah kembali ke apa yang ingin kita capai? That's our choice! Keep struggling, keep fighting.

Jika memang mimpi itu yang ingin kita capai, maka kita layak mewujudkannya.

Keep dreaming, dreamer!
Good night, sweet dream!

Citra kasat mata

Ketika kita dihadapkan dengan berbagai pilihan yang tidak kita inginkan, sejauh mana kita akan bertahan? Ataukah kita memilih opsi lain untuk melawan, membuat pilihan alternatif lain? Pada kenyataannya nampaknya tak semudah dalam angan. Sering kali idealisme kita dan apa yang diyakini berbatas kebutuhan, yang pada akhirnya hanya berwujud materi. Salahkah pola pikir seperti ini? Kita tak bisa hanya menyalahkan sistem. Kita tak harus memilih opsi A, B, C maupun opsi lain, tapi bagaimanakah langkah kita menentukan pilihan. Seringkali kita melunak karena berbagai keadaan, yang memaksa dan menuntut kita berubah. Masih adakah subyek otonomi itu sendiri berkaca pada keadaan seperti ini? I don't think so.

Citra terlalu penting nampaknya, terlalu. Sedangkan yang kutahu tak selamanya yang tampak seperti apa yang sebenarnya. Kesan pertama memang berpengaruh, tapi yang kutahu selanjutnya sikap dan pribadi yang berpengaruh. Dan sikap serta pribadi seseorang tak dengan mudahnya diketahui dengan beberapa kali bertemu, intens pun. Dan nampaknya sebagian besar dari kita tidak berkaca dari kejadian-kejadian lalu, kita terlalu permisif dan mudah melupakan kesalahan masa lampau. Memaafkan itu kewajiban, melupakan itu kebodohan. Harusnya kita tetap waspada, walaupun ada kesempatan kedua dan seterusnya. Terlampau sering, bosan kita mendengar pengusaha, birokrat, politisi maupun pejabat yang melakukan kejahatan terselubung, setahu saya yang demikian itu lebih merugikan orang lain daripada sekedar kita mengekspresikan penampilan kita seperti yang kita inginkan. Orang bilang, tidak rapi, urakan dan hal lain yang tak begitu bagus didengar, itu semua hanya persepsi saya rasa. Hasil temuan mode, formal, membosankan, dan nampak kaku, tak dinamis. Jika aturan itu dibuat berdasarkan kesepakatan tertulis para pendahulu kita, kenapa kita tak bisa membuat kesepakatan-kesepakatan lain yang mungkin sedikit-banyak berbeda. Kenapa kita dianggap aneh dari luar, sedangkan kita yakin di dalam lebih baik dari orang-orang yang nampak rapi diluar?

Mode selalu berganti, hampir tiap waktu. Tak terkecuali pemakluman. Saya masih ingat ketika hampir 10 tahun yang lalu saya menggunakan celana abu-abu skinny ketika bersekolah, dan saya selalu diperhatikan secara adsurb, aneh, alien. Namun nampaknya hal itu sudah jamak sekarang, pelan-pelan semua menerina, dan tak lagi dianggap aneh seperti 10 tahun yang lalu itu. Nampaknya perubahan membutuhkan proses yang lama disini, walaupun tak selalu demikian. Ada hal-hal lain yang nampaknya lebih mudah diterima, bahkan terlalu diagungkan. Budaya populer. Saya tidak mengutuk perubahan, karena itu memang perlu, harus. Dan seharusnya bagaimana kita bisa bertahan, memilah-milah yang baik dan tidak, tapi tidak terkikis semata oleh pengaruh lain dan melupakan identitas sendiri.

Dan ketika saya memilih jalan ini, saya tahu semua tidak akan mudah. Tapi ini yang saya yakini, saya tak akan terseret ke dalam arus penyeragaman, dan pengekangan identitas tersebut. Mungkin orang lain bertanya, "sejauh mana kau akan bertahan?" Dan aku akan selalu menjawab, "ini akan sama, mungkin 5, 10  maupun beberapa tahun kemudian. Biarkan saya keras kepala, biarkan saya berbeda."

Wednesday, December 16, 2009

Melanjutkan apa yang telah kita mulai.

Sh*t!
Kenapa terlintas kata itu ketika saya mulai mengawali posting kali ini? Ketika semua rutinitas membosankan ini kembali menggerogoti isi otak untuk selalu “membangkang” dan melawan setiap detik yang begitu membosankan. Keputusan yang telah saya pilih setelah saya lulus SMA yang kini semakin membelenggu, KULIAH. Rutinitas yang membuat otak saya harus bekerja setiap harinya, dan membunuh pelan-pelan dari dalam diri saya. Sebuah keputusan awal yang tak saya sesali, karena saya banyak mendapatkan hal-hal penting yang saya pelajari dalam fase ini. Meski saya harus tunduk kepada banyak aturan yang membelenggu setiap ruang gerak saya di setiap detik. Ketidakmampuan untuk “membangkang” dari setiap aturan yang ada, dan berbagai tirani dalam bentuk baru yang memaksa saya untuk tunduk pada setiap perintah. D*mn! Setiap teori yang mendoktrinasi otak pada setiap jam, setiap artikel yang “dipaksakan” kepada kita berdasarkan berbagai teori yang ada, dan setiap tugas yang membebani setiap inci dalam darah untuk bergerak bebas, dan setiap waktu yang telah ditetapkan tanpa kita bisa mengaturnya.

Sunday, September 27, 2009

Mencoba Kembali Hiphop!

Setelah sekian lama saya menjadi jenuh akan musik hiphop dan mencoba “berkhianat” ke dalam genre musik lain, sekarang muncul di benak saya untuk kembali menjadi hiphop. Sebenarnya seperti pada posting terdahulu sudah saya sebutkan bahwa saya sudah tidak begitu tertarik kepada hiphop, terutama pada perilaku sebagian pelaku musik itu sendiri, namun nampaknya saya tidak punya kesempatan untuk “berkhianat” pada genre lain dalam sebuah kreasi. Pernah terpikir untuk kembali berkarya sebagai anggota band (metalcore/screamo/post hardcore), namun tak ada pemikiran-pemikiran yang sejalan dengan apa yang saya cita-citakan tersebut. Tak mempunyai band dan posisi saya sebagai vokal tak mampu untuk membentuk band baru. Mungkin jika saya mencoba “berkhianat” kepada musik lain yang lebih mainstream kesempatan bisa terbuka lebar. Seperti adanya tawaran untuk akustik perform. Namun kadang hal itu terbentur oleh keinginan untuk bebas, karena jika kita telah dikontrak oleh suatu tempat (kafe,dll), seringkali kita dituntut untuk selalu memainkan lagu-lagu mainstream dan top 40, yang kebanyakan MEMBOSANKAN, terutama untuk musik lokal. Saya ingin sesuatu yang bebas, independen. Sehingga saya bebas untuk berkarya dan tak hanya berorientasi kepada pasar maupun apa yang disukai orang lain. Tak adanya media lain untuk berkarya mau tak mau “memaksa” saya untuk kembali kepada hiphop. Namun saya ingin menawarkan konsep hiphop yang berbeda dari kebanyakan hiphop yang ada, mungkin hanya sebagian kecil yang mengaplikasikan.
Hiphop yang baru ini saya gambarkan dengan percampuran lirik “homicide” yang tajam dan tegas,namun dengan sedikit sentuhan scream pada beberapa bagian lagu seperti “brokencyde”, dan dengan beberapa pengaruh dari “public enemy”, “N.W.A.”, dan beberapa influence dari genre-genre lain seperti metal dan post-hardcore. Untuk perencanaan sudah terpikir dengan detil,namun untuk realisasi rencana masih sebatas tanda tanya besar. Kendala utama adalah pada lirik, untuk membuat lirik yang bermutu kadang buat otak stagnan dan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Sebagai song writer tunggal,hal ini harus dapat saya selesaikan sendiri. Kendala lain dalam realisasi lirik adalah keterbatasan kosakata untuk membentuk rima, karena hal itu adalah apa yang selalu saya utamakan dalam berkarya. Keterbatasan jumlah personil juga mepengaruhi rencana realisasi saya, saya cenderung bekerja secara solo untuk proyek ini, karena partner saya hanya mau menyediakan beat tanpa mau ikut andil dalam mengisi vokal. Sebenarnya saya berencana menambah jumlah personil, sudah ada kandidat, namun belum ada langkah lanjut dari pembicaraan itu. Kendala lain adalah masalah pembiayaan, untuk dapat merealisasikan itu semua diperlukan biaya yang cukup menguras untuk ukuran mahasiswa rantau seperti saya, minimal ongkos untuk take vokal. Sebenarnya masih ada bermacamp-macam kendala lain yang tak bisa saya sebutkan satu demi satu.
Karena hidup adalah meraih apa yang kita impikan dan kita cita-citakan. Saya tak akan berhenti meski seberapa kecilpun peluang. Saya akan berusaha semampu saya meski sangat sulit untuk berhasil. Karena setiap detik adalah perjuangan, dan setiap helai nafas adalah anugerah dan kebebasan.

Saturday, August 22, 2009

Masih hiphop-kah saya?

Hari pertama puasa, di dalam bis maju makmur yang sudah reot, perjalanan menuju solo yang melelahkan, lapar yang mulai terasa.

Hiphop, salah satu genre musik yang sudah sekian lama menemani hari-hari saya sejak saya kecil hingga sekarang ini. sekitar pertengahan 90-an, ketika saya masih belum masuk SD, musik ini sudah mulai menggema di telinga saya. Saat radio masih menjadi teman untuk mengkonsumsi lagu, dan sebuah tape mobil yang selalu menemani malam saya dalam mendengarkan lagu dari kaset karena tak punya pemutar kaset yang lain pada waktu itu. sederetan lagu-lagu pesta rap 1 dan 2 serta Iwa K sering terdengar dirumah saat itu, dalam mobil di garasi rumah. berlanjut hiphop masih mengambil hati saya,namun pada saat itu konsumsi saya masih pada artis-artis lokal, salah satunya adalah Neo. hal itu berlangsung hingga saya lulus SD. Saat SMP dan SMA juga kurang lebih masih sama, tetapi saya juga sudah mulai mengkonsumsi hiphop dari artis luar negeri macam 50 cent,eminem,jay Z,dan lainnya.saya juga aktif dalam forum sebuah website hiphop lokal sekitar tahun 2006. namun, saya belum menemukan apa arti hiphop bagi saya. hiphop masih merupakan suatu kesenangan saja. hingga saat kuliah hingga sekarang hiphop masih menemani hari-hari saya (meski tak sesering dulu). pernah saya mencoba untuk menjadi pelaku dalam hiphop itu sendiri. sebuah grup hiphop saya dirikan dengan teman saya. namun karena perbedaan visi dan realisasi dari mimpi,grup yang saya buat mengalami stagnansi. pernah saya merekam beberapa lagu melalui headset dan laptop. meski hasil kurang maksimal,namun sudah cukup membuat saya puas dengan keterbatasan dana. pernah juga saya diajak untuk membuat sebuah lagu bersama (featuring) jarak jauh antara solo-tangerang.namun lagu tersebut belum juga menemui kata final hingga saat ini. tawaran untuk manggung juga sempat datang saat itu. satu event yang akhinya saya lewatkan meski grup saya sudah tercetak namanya dalam flyer (meskipun penulisan namanya salah). kegagalan yang terjadi karena keengganan anggota grup saya yang lain untuk ikut tampil mengisi bagian reff dari lagu yang saya bawakan. hal lain yang menyebabkan gagalnya grup saya untuk tampil adalah pemberitahuan yang mendadak mengenai acara yang akan diadakan tersebut.hanya 2 minggu sblm acara dimulai,padahal tak pernah ada persiapan atau latihan sebelumnya.hal seperti itu berlangsung hingga beberapa kali.

sekarang, hiphop tak lagi mempengaruhi saya secara signifikan.sekarang hiphop hanyalah sebuah pelengkap. Iwa K membandingkan hiphop dengan setrikaan. setrikaan,dari jauh dingin tapi semakin didekati semakin panas.pamor musik inipun kalah dengan jenis musik-musik lain. khususnya di indonesia, pop merajai seluruh chart tangga lagu. lagu-lagu yang terkesan cengeng,dengan lirik seadanya dan dengan tema cinta mudah mendapat tempat di negeri ini.

hiphop bagi saya adalah sebuah kejujuran,kepolosan yang tak didapat di genre musik lain, dan hiphop adalah perlawanan.

hiphop di negeri ini belum mati,namun keberadaanya hanya sebagai pelengkap jenis musik lain.hiphop adalah sebuah kultur global yang tidak begitu saja dapat diterima masyarakat kita.dan yang semakin membuat saya ragu adalah perilaku dan karya dari sebagian pelaku musik ini sendiri yang menurut saya tak jauh dari kata buruk.meski sebagian yang lain juga tidak begitu.adanya saling cela dalam hiphop (diss) juga membuat saya mulai berpikir lagi untuk terus berjuang di jalur ini,mungkin sekarang saya hanya seorang penikmat,meski saat ini lebih banyak yang mudah saya benci daripada yang saya nikmati.

nampaknya sekarang genre musik lain mulai kembali meracuni saya,metal yang juga telah mendarah daging sejak saya kecil.meski dalam konteks yang berbeda dalam menikmatinya.dan sekarang dalam konteks yang lebih luas.

see you later!perjalanan masih panjang

Thursday, August 20, 2009

Mengawali Permulaan

Akhirnya sebuah blog yang akan mewakili suara hati dan persepsi saya sedikit demi sedikit mulai terealisasikan. [Opsi] Pembangkangan akan membahas semua yang ingin dibahas atau secara garis besar mencoba membahas hidup dan memahaminya, Mencoba memenuhi kebutuhan akan konsumsi digital, dan menelaah setiap hal melalui persepsi dari berbagai sudut pandang. Segala sesuatu tentang dunia, tentang setiap fakta, opini, dan rencana yang akan menjadi berita.