Thursday, June 27, 2013

Rindu Terbelenggu?

Masih tidak habis pikir dengan semakin banyaknya orang dan stiker-stiker tertempel di kendaraan, serta joke-joke dan gambar-gambar yang entah menyindir maupun merindukan saat-saat tirani masih berkuasa di negeri ini. Miris rasanya melihat kenyataan yang begitu getir, begitu tidak percayanya masyarakat kini dengan demokrasi dan pemerintahan yang berkuasa, Hingga saat-saat yang sebenarnya sangat pahit mereka kembali angankan. Coba kaji ulang, pikir kembali, telusuri dengan seksama fakta-fakta saat rezim tersebut berkuasa, dan saya yakin anda akan mengorbankan apapun untuk menghindari situasi seperti itu, jika anda mengerti, jika anda peduli.

Berbagai perbandingan konyol kadang dibuat untuk mendewakan rezim tersebut, mulai dari harga bahan bakar, korupsi, keamanan, stabilitas, keadaan ekonomi, bla bla bla..... Terlalu timpang jika harus membandingkan saat-saat orde baru berkuasa dengan sekarang, bukan untuk membenarkan tindakan-tindakan penguasa sekarang, tapi paling tidak secara garis besar beda sekarang dan masa itu, keadaan secara umum.

Banyak yang bilang korupsi sekarang merajalela, tidak dipungkiri memang benar adanya, sudah menjadi semacam kebiasaan dan membudaya. Dan jika ada yang berpendapat di masa orde baru korupsi tidak tumbuh subur, pikirkan lagi! Pada masa itu korupsi hanya melibatkan orang-orang berkuasa beserta keluarga, kerabat dan kroni-kroninya. Dan kejahatan penguasa pada masa itu hampir sama sekali tak tersentuh oleh media, pengawasan media dilakukan sangat ketat. Jika ada media yang terlalu kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, menyinggung maupun memberitakan yang mereka pikir merugikan mereka, maka ada tindakan tegas untuk membatasi atau bahkan menghentikan kegiatan mereka. Salah satu contoh nyata: pembredelan majalah Tempo hingga hampir dua dekade. Media sangat penting untuk membentuk opini publik, dan inilah yang coba dikendalikan oleh rezim tersebut, membentuk opini baik pada masyarakat. Meminjam kalimat Mumia Abu-Jamal, "Negara lebih senang memberiku uzi daripada mikrofon."

Dan yang masih hangat, beberapa hari yang lalu terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, yang lagi-lagi ada saja yang membandingkan dengan rezim orde baru. Lebih konyolnya membandingkan harga, apa anda bercanda? Sudah hampir dua dekade sejak orde baru, dan anda berharap harga masih tidak berbeda jauh? Kemana inflasi? Kemana pertumbuhan ekonomi? Ditambah lagi krisis ekonomi yang hebat tahun 1998 yang memnyebabkan hiperinflasi, dan krisis tahun 2009 meskipun tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap negeri ini. Meskipun saya kurang setuju dengan beberapa langkah perubahan harga BBM yang cenderung sarat muatan politis, namun hal itu memang perlu, meskipun pengalihan subsidi dalam bentuk BLSM kurang tepat saya rasa, hanya untuk meredam amarah masyarakat miskin. Dan jika memang harga bensin masih semurah itu, saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib transportasi di negeri ini, bagaimana nasib lingkungan negeri ini. Saya kira sudah saatnya.

Merindukan rezim orde baru, apa kalian siap kembali terbelenggu? Kembali dikekang, diberangus, disensor, dicabut kemerdekaannya. Mungkin jika ini yang masih anda harapkan, sudah siapkah anda dibungkam? Sudah siapkah anda dilenyapkan ketika mengganggu apa yang mereka sebut "stabilitas"? Sudah siapkah anda dibatasi dalam berserikat, berkumpul dan menyalurkan suara? Sudah siapkah anda dibatasi pengetahuannya sebatas apa yang mereka ijinkan anda untuk ketahui? Sudah siapkah hak-hak asasi anda dihilangkan? Kemana rasa hormat anda untuk para aktivis 98, Munir, dan pahlawan-pahlawan terlupakan yang memperjuangkannya? Sia-sia jika anda masih mengharapkan orde baru, langkah mundur!

Jika berbicara tentang pemerintahan yang sekarang saya juga tidak bisa dibilang puas, namun jika mengharapkan orde baru yang baru saya sama sekali tidak terbesit sedikit kemungkinan pun. Paling tidak kita hidup di dunia demokrasi, bukan tirani seperti dulu lagi. Selama masih ada kemerdekaan berpendapat, selama para wakil rakyat mau mendengarkan pendapat-pendapat yang diwakilinya, selama kita bisa berkreasi, berekspresi seauka hati kita, selama kebebasan kita terjamin. Tak ada yang lebih baik lagi, apalagi tirani. Jangan pernah rindu terbelenggu, terbanglah bebas lihat dunia yang begitu luas.

No comments:

Post a Comment