Monday, June 24, 2013

Citra kasat mata

Ketika kita dihadapkan dengan berbagai pilihan yang tidak kita inginkan, sejauh mana kita akan bertahan? Ataukah kita memilih opsi lain untuk melawan, membuat pilihan alternatif lain? Pada kenyataannya nampaknya tak semudah dalam angan. Sering kali idealisme kita dan apa yang diyakini berbatas kebutuhan, yang pada akhirnya hanya berwujud materi. Salahkah pola pikir seperti ini? Kita tak bisa hanya menyalahkan sistem. Kita tak harus memilih opsi A, B, C maupun opsi lain, tapi bagaimanakah langkah kita menentukan pilihan. Seringkali kita melunak karena berbagai keadaan, yang memaksa dan menuntut kita berubah. Masih adakah subyek otonomi itu sendiri berkaca pada keadaan seperti ini? I don't think so.

Citra terlalu penting nampaknya, terlalu. Sedangkan yang kutahu tak selamanya yang tampak seperti apa yang sebenarnya. Kesan pertama memang berpengaruh, tapi yang kutahu selanjutnya sikap dan pribadi yang berpengaruh. Dan sikap serta pribadi seseorang tak dengan mudahnya diketahui dengan beberapa kali bertemu, intens pun. Dan nampaknya sebagian besar dari kita tidak berkaca dari kejadian-kejadian lalu, kita terlalu permisif dan mudah melupakan kesalahan masa lampau. Memaafkan itu kewajiban, melupakan itu kebodohan. Harusnya kita tetap waspada, walaupun ada kesempatan kedua dan seterusnya. Terlampau sering, bosan kita mendengar pengusaha, birokrat, politisi maupun pejabat yang melakukan kejahatan terselubung, setahu saya yang demikian itu lebih merugikan orang lain daripada sekedar kita mengekspresikan penampilan kita seperti yang kita inginkan. Orang bilang, tidak rapi, urakan dan hal lain yang tak begitu bagus didengar, itu semua hanya persepsi saya rasa. Hasil temuan mode, formal, membosankan, dan nampak kaku, tak dinamis. Jika aturan itu dibuat berdasarkan kesepakatan tertulis para pendahulu kita, kenapa kita tak bisa membuat kesepakatan-kesepakatan lain yang mungkin sedikit-banyak berbeda. Kenapa kita dianggap aneh dari luar, sedangkan kita yakin di dalam lebih baik dari orang-orang yang nampak rapi diluar?

Mode selalu berganti, hampir tiap waktu. Tak terkecuali pemakluman. Saya masih ingat ketika hampir 10 tahun yang lalu saya menggunakan celana abu-abu skinny ketika bersekolah, dan saya selalu diperhatikan secara adsurb, aneh, alien. Namun nampaknya hal itu sudah jamak sekarang, pelan-pelan semua menerina, dan tak lagi dianggap aneh seperti 10 tahun yang lalu itu. Nampaknya perubahan membutuhkan proses yang lama disini, walaupun tak selalu demikian. Ada hal-hal lain yang nampaknya lebih mudah diterima, bahkan terlalu diagungkan. Budaya populer. Saya tidak mengutuk perubahan, karena itu memang perlu, harus. Dan seharusnya bagaimana kita bisa bertahan, memilah-milah yang baik dan tidak, tapi tidak terkikis semata oleh pengaruh lain dan melupakan identitas sendiri.

Dan ketika saya memilih jalan ini, saya tahu semua tidak akan mudah. Tapi ini yang saya yakini, saya tak akan terseret ke dalam arus penyeragaman, dan pengekangan identitas tersebut. Mungkin orang lain bertanya, "sejauh mana kau akan bertahan?" Dan aku akan selalu menjawab, "ini akan sama, mungkin 5, 10  maupun beberapa tahun kemudian. Biarkan saya keras kepala, biarkan saya berbeda."

No comments:

Post a Comment