Sunday, September 27, 2009

Mencoba Kembali Hiphop!

Setelah sekian lama saya menjadi jenuh akan musik hiphop dan mencoba “berkhianat” ke dalam genre musik lain, sekarang muncul di benak saya untuk kembali menjadi hiphop. Sebenarnya seperti pada posting terdahulu sudah saya sebutkan bahwa saya sudah tidak begitu tertarik kepada hiphop, terutama pada perilaku sebagian pelaku musik itu sendiri, namun nampaknya saya tidak punya kesempatan untuk “berkhianat” pada genre lain dalam sebuah kreasi. Pernah terpikir untuk kembali berkarya sebagai anggota band (metalcore/screamo/post hardcore), namun tak ada pemikiran-pemikiran yang sejalan dengan apa yang saya cita-citakan tersebut. Tak mempunyai band dan posisi saya sebagai vokal tak mampu untuk membentuk band baru. Mungkin jika saya mencoba “berkhianat” kepada musik lain yang lebih mainstream kesempatan bisa terbuka lebar. Seperti adanya tawaran untuk akustik perform. Namun kadang hal itu terbentur oleh keinginan untuk bebas, karena jika kita telah dikontrak oleh suatu tempat (kafe,dll), seringkali kita dituntut untuk selalu memainkan lagu-lagu mainstream dan top 40, yang kebanyakan MEMBOSANKAN, terutama untuk musik lokal. Saya ingin sesuatu yang bebas, independen. Sehingga saya bebas untuk berkarya dan tak hanya berorientasi kepada pasar maupun apa yang disukai orang lain. Tak adanya media lain untuk berkarya mau tak mau “memaksa” saya untuk kembali kepada hiphop. Namun saya ingin menawarkan konsep hiphop yang berbeda dari kebanyakan hiphop yang ada, mungkin hanya sebagian kecil yang mengaplikasikan.
Hiphop yang baru ini saya gambarkan dengan percampuran lirik “homicide” yang tajam dan tegas,namun dengan sedikit sentuhan scream pada beberapa bagian lagu seperti “brokencyde”, dan dengan beberapa pengaruh dari “public enemy”, “N.W.A.”, dan beberapa influence dari genre-genre lain seperti metal dan post-hardcore. Untuk perencanaan sudah terpikir dengan detil,namun untuk realisasi rencana masih sebatas tanda tanya besar. Kendala utama adalah pada lirik, untuk membuat lirik yang bermutu kadang buat otak stagnan dan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Sebagai song writer tunggal,hal ini harus dapat saya selesaikan sendiri. Kendala lain dalam realisasi lirik adalah keterbatasan kosakata untuk membentuk rima, karena hal itu adalah apa yang selalu saya utamakan dalam berkarya. Keterbatasan jumlah personil juga mepengaruhi rencana realisasi saya, saya cenderung bekerja secara solo untuk proyek ini, karena partner saya hanya mau menyediakan beat tanpa mau ikut andil dalam mengisi vokal. Sebenarnya saya berencana menambah jumlah personil, sudah ada kandidat, namun belum ada langkah lanjut dari pembicaraan itu. Kendala lain adalah masalah pembiayaan, untuk dapat merealisasikan itu semua diperlukan biaya yang cukup menguras untuk ukuran mahasiswa rantau seperti saya, minimal ongkos untuk take vokal. Sebenarnya masih ada bermacamp-macam kendala lain yang tak bisa saya sebutkan satu demi satu.
Karena hidup adalah meraih apa yang kita impikan dan kita cita-citakan. Saya tak akan berhenti meski seberapa kecilpun peluang. Saya akan berusaha semampu saya meski sangat sulit untuk berhasil. Karena setiap detik adalah perjuangan, dan setiap helai nafas adalah anugerah dan kebebasan.

No comments:

Post a Comment